Listrik Butuh USD 6 M
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=319676
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=319676
JAKARTA - Tingginya pertumbuhan konsumsi listrik di tanah air harus diimbangi pasokan yang memadai. Untuk mengakomodasi kondisi tersebut, tahun ini sektor listrik butuh dana investasi hingga USD 6 miliar (sekitar Rp 55,8 triliun).
Dirut PT PLN Eddie Widiono menyatakan, dari kebutuhan dana tersebut, PLN hanya sanggup menyediakan seperempatnya atau USD 1,5 miliar. "Karena itu, kami butuh dukungan semua pihak," ujarnya setelah acara "Kilas Balik 2007 dan Proyeksi 2008 Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)" di Jakarta Senin (31/12).
Eddie mengatakan, kebutuhan dana dihitung berdasar strategi visi 75:100. Yakni 100 persen wilayah Indonesia terjangkau listrik saat HUT ke-75 RI pada 2020. Untuk itu, lanjut dia, dibutuhkan penambahan kapasitas pembangkit listrik 3 ribu megawatt (MW) per tahun. "Termasuk infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi," katanya.
Dari mana dana US

Saat ini, tambah dia, PLN memang masih fokus pada pendanaan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara tersebut. Ada beberapa lembaga keuangan sudah menyatakan berminat. "Cukup banyak, dari dalam maupun luar negeri," katanya.
Dia menyebut, trio bank pelat merah yakni BNI, BRI, dan Bank Mandiri, sudah menyatakan minatnya. Sementara dari luar negeri, dia menyebut dua konsorsium di bawah ABN AMRO Bank dan Bank of China. "Untuk urusan pendanaan, dikoordinasi Menteri Keuangan," ujarnya.
Proyek PLTU 10 ribu MW memang memiliki daya tarik tinggi. Apalagi, pemerintah sudah menyatakan jaminan penuh atas pinjaman pendanaannya. Hal itu diungkapkan Ketua Tim Nasional Percepatan Pembangunan PLTU 10 Ribu MW Yogo Pratomo.
Dia mengatakan, PLN baru menyelesaikan pendanaan untuk PLTU Indramayu dan Rembang. PLN juga tengah berupaya menyelesaikan pembiayaan proyek PLTU Pacitan, Pelabuhan Ratu, dan Teluk Naga. Untuk PLTU Labuhan, Indramayu, dan Rembang, PLN telah menunjuk BCA, BNI, dan Bank Mandiri sebagai arranger pendanaan dalam rupiah. "Labuhan oleh BCA, Indramayu oleh BNI, dan Rembang oleh Mandiri," katanya.
Untuk arranger pinjaman dalam bentuk USD maupun rupiah, dijalankan Bank of China. Sementara untuk PLTU Rembang, di-arrange Barclay Bank.
Tentang kebutuhan investasi di sektor kelistrikan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro pernah mengatakan, pemerintah sudah menyusun grand design yang dituangkan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Itu berupa program penambahan kapasitas listrik serta pembangunan jaringan.
Dalam RUKN, disebutkan hingga 2015 Indonesia membutuhkan tambahan pasokan listrik 35 ribu megawatt, 26 ribu km jaringan transmisi, serta 390 km jaringan distribusi. Program tersebut bakal membutuhkan dana hingga USD 41 miliar atau Rp 360 triliun. (owi/oki)
No comments:
Post a Comment